Friday, May 1, 2015

Bigreds Anthem Lyrics



MANY MILES AWAY FROM ANFIELD
ACROSS FEW OCEANS FROM THE 'POOL
RIGHT IN THE HEART OF SOUTH EAST ASIA
WE KNOW THE KOP WILL ALWAYS RULE
ALL 'ROUND THE FIELDS OF INDONESIA
WE STAND TOGETHER, BIG AND PROUD
AND WITH THE LIVERBIRD UPON OUR CHESTS
WE LOVE TO SING, WE LOVE TO SHOUT
BIG REDS, BIG REDS
THE ONE FOR YOU AND ME
WE'RE MORE THAN JUST SUPPORTERS
WE ARE ONE FAMILY
BIG REDS, BIG REDS
WE KNEW IT'S MEANT TO BE
A MATCH MADE IN HEAVEN
IT'S US AND L.F.C.
THROUGH THE WIND AND THROUGH THE RAIN
THROUGH THE LONG AND WINDING ROAD
THROUGH ALL THE DRAMAS AND THE PAIN
WE'LL NEVER LET THEM WALK ALONE
SOMETHING IN THE WAY THEY PASS AND MOVE
TO THE KOP'S LOUD BATTLE CRY
AND SWAYING TO THE GREAT LIVERPOOL GROOVE
TOWARDS THE GLORIOUS GOLDEN SKY

All About Stevie G

Steven Gerrard: My Autobiography

Steven Gerrard: My Autobiography
Download Link(Click on the pic)

100 Players That Shook The Kop: Steven Gerrard

100 Players That Shook The Kop: Steven Gerrard 
Download Link (Click on the pic)

Steven Gerrard: Centurion

Steven Gerrard: Centurion 
Download Link (Click on the pic)

Steven Gerrard: My Story

Steven Gerrard: My Story 
Download Link (Click on the pic)

Steven Gerrard: A Year In My Life (Part One)

Steven Gerrard: A Year In My Life (Part One) 
Download Link (Clik on the pic)

Steven Gerrard: A Year In My Life (Part Two)

Steven Gerrard: A Year In My Life (Part Two) 
Download Link (Click on the pic)

Steven Gerrard: In My Life (Part Three)

Steven Gerrard: In My Life (Part Three) 
Download Link (Clik on the pic)

You'll Never Walk Alone (History Details And Captured Moments)


Sudahkah kalian mengetahui dari manakah lagu You'll Never Walk Alone berasal? Siapa penciptanya? Apa fakta-fakta menarik di balik lagu tersebut?. Kami di sini akan langsung mengupas tuntas hanya untuk kalian mengenai detail dan sejarah di balik lagu yang setiap kali Liverpool bermain, menjadi lagu yang paling membuat merinding dan terharu oleh siapapun yang mendengarkannya. Kita mulai saja

YNWA at the Shankly Gate
  You'll Never Walk Alone bisa diartikan " kamu tidak berjalan sendirian" namun sering dibulatkan artinya menjadi "Kamu Tidak Sendirian ". You'll Never Walk Alone pertama kali diperdengarkan di sebuah pentas drama musikal yang berjudul " Carousel " tahun 1945. YNWA saat itu menjadishow tune drama musikal yang dikomposeri oleh Richard Rodgers serta Oscar Hammerstein II di tahun 1945. Sebenarnya YNWA bukan satu-satunya lagu yang menjadi pengisi drama musikal Carousel tersebut. Ada 2 lagu lainnya juga termasuk. Pengarang asli lagu You'll Never Walk Alone adalah Rodgers and Hammerstein sekaligus komposer drama musical tersebut namun orang yang pertama memperkenalkan lagu tersebut di panggung broadway adalah Christine Johnson.

         Reene Fleeming menyanyikan YNWA

You'll Never Walk Alone adalah lagu pertama yang didengungkan di acara inagurasi pelantikan presiden USA, Barack Obama. Saat itu, Renee Fleeming yang membawakan lagu tersebut di hadapan jutaan warga AS yang hadir dalam hari inagurasi pelantikan Presiden Obama. Ada fakta menarik, sebuah buku yang berjudul " Celtic United " mengklaim bahwa fans Liverpool bukanlah yang pertama menyanyikan YNWA. Dalam buku tersebut ditulis bahwa yang menyanyikan lagu YNWA tersebut adalah fans Manutd saat mereka berduka atas tragedi Munich 1958. You'll Never Walk Alone mempunyai pesan yang sarat akan makna kebangkitan dari sebuah kegelapan. Dalam sejarahnya, You'll Never Walk Alone telah banyak direkam ulang atau dicover oleh banyak penyanyi di Inggris maupun luar inggris Sebut saja Frank Sinatra, Elvis Presley, Johnny Cash, Judy Garland hingga Alicia Keys dan Jordin Sparks. Bahkan di lagu Pink Floyd berjudul Fearless terdapat rekaman Kopites menyanyikan You'll Never Walk Alone
Garry And The Pacemakers
Di daratan inggris, YNWA lebih dikenal sebagai sebuat hits dari grup band asal Liverpool bernama Gerry and The Pacemaker. Perlu dicatat lagi, You'll Never Walk Alone yang dibawakan Gerry And The Peacemaker menempati chart no 1 selama 4 minggu dan hanya YNWA ala Garry and The Pacemaker lah yang mengalahkan "I Want To Hold Your Hand" karya The Beatles lah. Pertama kali lagu ini masuk ke dalam fondasi kuat Liverpool saat Garry Marsden mempersembahkan lagu tersebut ke Bill Shankly. Menurut Tommy Smith, Bill Shankly sangat jatuh hati pada lagu tersebut pertama kali saat didengarkan oleh Gerry. Gerry Marsden adalah pemimpin band Gerry And The Pacemaker yang notabene juga teman dekat Bill Shankly. Dan dari altar pertunjukkan fans Liverpool yg disebut " The Kop " lah pertama kali You'll Never Walk Alone didengungkan di Anfield. YNWA biasanya diperdengarkan fans Liverpool sesaat sebelum kick off dan 5 menit sebelum bubaran pertandingan. Tercatat beberapa klub-klub di belahan dunia ini yang menggunakan YNWA sebagai lagu wajib atau semboyan. Di daratan Jerman ada Borussia Dortmund, FC Kaiserslautern, VfL Osnabrück and FC St Pauli hingga di Jepang ada FC Tokyo Bahkan dari Indonesia pun datang dari tanah Papua. Persipura Jayapura pernah menggunakan YNWA sebagai bentuk semboyan mreka. Jangan salah. di stadion Persipura Jayapura ada namanya tribun Liverpool. Di sana khusus pundukung berbaju merah. Asli durasi lagu You'll Never Walk Alone adalah 26 menit dan 13 detik namun oleh Gerry and The Pacemakers dipotong menjadi 2 menit 40 detik.
Pada acara perpisahan Luis Suarez kemarin di Ajax, Fans Ajax menyanyikan lagu tersebut di hadapan Suarez yang hadir di acara tersebut. You'll Never Walk Alone juga senantiasa mengisi acara penghormatan bagi korban Tragedi Hillsborough tiap tahunnya dan tidak pernah absen. Pada 15 November 2009, seorang anak kecil naik turun ke lapangan stadium milik Hanover dan menyanyikan You'll never Walk Alone untuk menghormati dan mengenang Kiper Hanover, Robert Enke yang meninggal bunuh diri 2 hari sebelumnya dan membuat 45 ribu orang yang hadir kala itu menangis. You'll Never Walk Alone juga membuat hati gelandang elegan Xavi Hernandez terkesan sama superior suporter Liverpool.
Ribuan Suporter Liverpool menyanyikan YNWA
Ribuan pendukung akan memegang syal mereka tinggi-tinggi saat menyanyikan lagu serta semboyan You'll Never Walk Alone. Hal inilah yang mampu menciptakan suasana yang mampu mengirimkan hawa merinding menusuk hingga tulang belakang tiap kali berada di Anfield Tradisi tersebut yang tidak akan hilang dimakan waktu. sejarah mencatat beberapa kejadian ajaib di Anfield dikarenakan semboyan tersebut. Maka tak hayal kalau Anfield termasuk stadion yg mempunyai desibel tertinggi di dunia dan hal itulah yang dijadikan " alasan " seorang Jose Mourinho yang menilai goalnya Luis Garcia dicetak oleh keriuhan di Anfield. Salah satu quote terbaik mengenai You'll Never Walk Alone ini datang dari Thierry Henry " Supporter Liverpool sangat mengesankan, satu-satunya perasaan dan moment yang aku ingin rasakan ketika bertandang ke Anfield adalah Ketika tersentak melihat para supporter berdiri dan mulai menyanyikan You'll Never Walk Alone. I love it " Thierry Henry. Satu hal yang membuat YNWA spesial, adalah fakta bahwa, anda tidak bisa menyanyikan secara lengkap lagu ini, tanpa menenteskan air mata Namun setelah anda dapat menyelesaikan lagu tersebut, ada sesuatu yang menyadarkan bahwa gak selamanya ada kegelapan, ada golden sky di depan. Seorang Joe Cole menjadikan You'll Never Walk Alone sebagai alasan dia bergabung ke Liverpool. dia berkata " Astmofer (YNWA sebelum pertandingan dimulai) yang tercipta di sini sungguh brillian, oleh karena itu, aku bergabung di klub ini " Joe Cole.
Semboyan You'll Never Walk Alone muncul di logo Liverpool pertama kali saat Liverpool merayakan hari jadinya yang ke 100 dan YNWA pula muncul di pintu gerbang utama stadion Anfield yang lebih dikenal dengan sebutan " Shankly Gate ". Tidak berasa hampir setengah abad (48 tahun) YNWA menjadi bagian dari Liverpool, menjadi saksi sejarah klub dan penyemangat di saat gelap. You'll Never Walk Alone, Himne dan cara setiap fans Liverpool menunjukkan kesetiaan, kefanatikan serta dukungan kepada para pemain di lapangan
Berikut ini lirik lagu " You'll Never Walk Alone " yang tiap kali Liverpool bertanding, pasti hadir di antara keriuhan para suporter baik kandang maupun tandang

YOU'LL NEVER WALK ALONE













When you walk through a stormHold your head up highAnd don't be afraid of the darkAt the end of the stormIs a golden skyAnd the sweet silver song of a larkWalk on through the windWalk on through the rainThough your dreams be tossed and blownWalk on walk on with hope in your heartAnd you'll never walk aloneYou'll never walk aloneWalk on walk on with hope in your heartAnd you'll never walk aloneYou'll never walk alone

Untuk yang belum memiliki koleksi lagu You'll Never Walk Alone tersebut, Bisa download di sini

Download Lagu - Lagu Liverpool Fc



Anda seorang Fans Liverpool FC?
Seorang Fans sebuah Klub Sepakbola sejatinya selalu mendukung klub favoritnya meskipun klub yang didukungnya itu sedang mengalami masa-masa sulit. Contohnya Liverpool FC, klub yang bermain di Liga Inggris itu sedang mengalami masa-masa sulit, mereka (Liverpool FC) sudah 4 musim tidak berlaga di Liga Champions dan mereka pun tertinggal dalam hal perolehan Trophy Liga Primer Inggris oleh rival beratnya Manchester United. Fans Liverpool FC atau yang lebih dikenal dengan Kopites melakukan segala cara untuk mendukung klub kesayangannya termasuk dengan menyanyikan lagu/chant untuk menyemangati pemain Liverpool FC yang sedang berjuang diatas lapangan hijau, berikut saya akan membagikan beberapa lagu yang sering dinyanyikan di Stadion kebanggaan Kopites yaitu Anfield. Oke, tak perlu panjang-panjang lagi, inilah beberapa + link Downloadnya :


  1. You'll Never Walk Alone
    Versi Stadion : Klik Disini
    Versi Metal :  Klik Disini
  2. BigReds Anthem
  3. Klik Disini
  4. Anfield Road
  5. Klik Disini
  6. Fields Of Anfield Road
  7. Klik Disini
  8. Heart As Big As Liverpool
  9. Klik Disini
  10. Du The Dudek
  11. Klik Disini
  12. Just Like Kenny
  13. Klik Disini
  14. Just Can't Get Enought (Chant Suarez)
  15. Klik Disini
  16. King Kenny Daglish Pride Of  Liverpool
  17. Klik Disini
  18. We Are Liverpool
    Klik Disini
  19. We Love You Liverpool
    Klik Disini
  20. We Shall Not Be Moved
  21. Klik Disini
  22. Lets Go Wembley
  23. Klik Disini
  24. Liverbird Upon My Chest
  25. Klik Disini
  26. Liverpool The Greatest
  27. Klik Disini
  28. Liverpool Rome Song
  29. Klik Disini
  30. Michael Owen Boy Wonder
  31. Klik Disini
  32. Pass & Move its Liverpool Groove
  33. Klik Disini
  34. Agger Song
  35. Klik Disini
  36. Liverpool - In My Life
  37. Klik Disini
  38. The Other Side Of Liverpool
  39. Klik Disini
  40. We Won It Five Times
  41. Klik Disini
  42. Luis Garcia (Chant)
  43. Klik Disini
  44. Ring Of Fire
  45. Klik Disini
  46. Scottlish Scouser - God Bless The 96
  47. Klik Disini
  48. Scottlish Scouser - Liverpool bill
  49. Klik Disini
  50. Scottlish Scouser - Shankly
    Klik Disini
  51. Scottlish Scouser - Liverpool Till I Die
    Klik Disini
  52. Scottlish Scouser - Anfield In the rare All Times
  53. Klik Disini
  54. Scouser Tommy
    Klik Disini
  55. Scottlish Scouser- Steven Gerrard
    Klik Disini
  56. Daddy Kewell
  57. Klik Disini
*Catatan: Karena Downloadnya Via 4shared, jadi anda diharuskan memiliki akun 4shared terlebih dahulu. Daftarnya gampang kok, tinggal masukan email, lalu kata sandi, ketik ulang kata sandi, selesai... Gampangkan?
Gimana? lengkap kan lagunya Reds ! Silahkan "Klik Disini" untuk mendownloadnya Via 4shared.
Harap tinggalkan komentar, You'll Never Walk Alone !!!

Wednesday, March 11, 2015

ANALISI JALUR

ANALISIS JALUR

Analisis jalur pertama kali diperkenalkan oleh Sewall Wright (1921), seorang ahli genetika, namun kemudian dipopulerkan oleh Otis Dudley Duncan (1966), seorang ahli sosiologi. Analisis jalur bisa dikatakan sebagai pengembangan dari konsep korelasi dan regresi, dimana korelasi dan regresi tidak mempermasalahkan mengapa hubungan antar variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain.
  
 DEFINISI
Path analysis (PA) atau analisis jalur adalah keterkaitan antara variable independent, variable intermediate, dan variable dependen yang biasanya disajikan dalam bentuk diagram. Didalam diagram ada panah panah yang menunjukkan arah pengaruh antara variable-variabel exogenous, intermediary, dan variabel dependent. Terkadang besaran pengaruh di gambarkan dengan ketebalan anak panah. Path analysis hanya berkaitan dengan REGRESI GANDA dengan VARIABEL YANG TERUKUR.

Analisis jalur merupakan teknik statistik untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, berdasarkan persamaan linier. Teknik ini dikembangkan sejak tahun 1939 oleh Sewall Wright.Hubungan kausal ini ada yang langsung X→Z dan juga ada yang tak langsung tetapi melalui variabel antara Y ialah X Y → Z. Jalur yang di gambarkan dengan tanda panah ini merupakan → hipotesis yang akan di uji berdasarkan data lapangan.

Berbeda dengan korelasi dan regresi, analisis jalur mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar variabel dari model kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis. Melalui analisis jalur kita akan menguji seperangkat hipotesis kausal dan menginterpretasikan hubungan tersebut (langsung atau tidak langsung).

Asumsi yang digunakan dalam analisis jalur yaitu:
  1. Linearity: keterkaitan/ hubungan antar variabel adalah linier.
  2. Interval level data disarankan jangan menngunakan variabel dummy.
  3. Residual (unmeasured) variables hanya berkorelasi dengan satu variabel dalam model yang ada panah langsung.
  4. Low multicollinearity secara teoretis taka ada korelasi yang signifikan antar variabel exogen.
  5. No under identification or under determination of the model is required. For underidentified models there are too few structural equations to solve for the unknowns. Overidentification usually provides better estimates of the underlying true values than does just identification.
  6. Adequate sample size diperlukan agar signifikan. Kline (1998) merekomendasikan 10 sd 20 kali parameter yang akan di estimasikan.
Contoh model analisis jalur:

Dengan notasi-notasi yang digunakan sebagai berikut:
  • γ (gamma)    : koefisien pengukur hubungan antara variabel endogen dengan eksogen
  • β (beta)    : koefisien yang mengukur hubungan antar variabel dependen (endogen).
  • ϕ (hi)    : koefisien yang mengukur hubungan antar variabel independen (eksogen).
  • ζ (zeta)    : varian peubah latent yg tdk terjelaskan model
  • Y        : variabel dependen (endogen)
  • X        : variabel independen (eksogen)
Langkah-langkah dalam analisis jalur sebagai berikut:
1. Merancang model berdasarkan konsep dan teori
2. Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi
3. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur
4. Pengujian model
5. Interpretasi model

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan model analisis yang padaumumnya menggabungkan antara dua bagian ialah i). pembentukan variabel LATENT dan ii). Pembangunan model struktural. Analisis jalur merupakan bagian (subset) dari SEM adalah gabungan antara REGRESI GANDA dengan variabel LATENT yang di bangun dengan analisis faktor dari butir butir/indikator/ item atas variabel laten tersebut.
Hox dan Bechger (2002) menyebutkan bahwa SEM adalah suatu kombinasi analisis faktor dan analisis regresi atau analisis jalur. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penyusunan variabel latent didasarkan atas theoretical constructs yang juga di hitung berdasarkanmetode regresi. Selanjutnya model structural didasarkan atas covariances antara variabel exogen,variabel antara, dan variabel endogen. Oleh karenanya model structural ini juga sering disebut covariance structure modeling. Disana juga dikatakan bahwa “ Nowdays structural equation models need not be linear, and the possibilities of SEM extend well beyond the original Lisrel program”.

Variabel eksogen (exogenous) adalah variabel yang tidak ada anak panah mengarahnya. Jika dua varaibel eksogen berkorelasi di tunjukkan dengan panah dua arah.

Variabel endogen (endogenous) yang terdiri dari variabel antara dan variabel dependen. Variabel antara terdapat anak panah yang datang dan juga yang pergi. Sedangkan variabel dependen hanya terdapat panah yang datang menujunya.

Variabel LATENT adalah variabel yang diukur dengan indikator-indikator (item-tem atau butir-butir) nya, misalnya variabel kesejahteraan, kepuasan, partisipasi, pemahaman, dll. Cara klasik data variabel latent dengan menjumlahkan skor butir-butir yang valid dan reliable. Cara yang terbaik dalam SEM adalah di hitung dengan menggunakan metode confirmatory factor analysisis (CFA) . Dalam CFA dirancang sedemikian rupa agar setiap butir/item menyumbang (Loading) kepada satu variabel latent saja. Besaran sumbangan ini biasa disebut LOADING yang berbeda beda sesuai dengan derajat variabilitas dan tingkat korelasi terhadap item item yang lainnya. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan CFA confirmatory (restricted) factor analysis menjamin bahwa setiap item hanya akan memberikan loading kepada satu variabel latent saja .

Path coefficient/ path weight pada umumnya adalah koefisien regresi yang distandarkan (artinya regresi dimana semua variabelnya dalam bentuk z-score).
Disturbance terms adalah residual error yang besarannya sama dengan(1 - R2). Dia mengukur sisa pengaruh faktor lain kepada suatu variabel exogen.
Significance and Goodness of Fit. Testing setiap koefisien dengan t-tes atau F-test. Sedangkan untuk test kecocokan suatu model dengan jika Chi-square dg P > 0.05 dan RMSEA < 0.05. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan Goodness of fit (Tuna Cocok) dengan chi squared dengan p-value lebih besar dari 0.05 persen baru dikatakan model SEM cocok pada data empiris.
LANGKAH-LANGKAH
Menurut Ferdinand (2006), ada tujuh langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan analisis jalur, yaitu:
1. Pengembangan Model Teoritis
Dalam SEM, hal yang harus dilakukan adalah melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. SEM digunakan bukan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik.
2. Pengembangan Path Diagram atau diagram alur
Dalam langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstrak dengan konstrak lainya. Sedangkan garis-garis lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
a. Exogenous constructs atau konstruk eksogen
Dikenal juga sebagai source variables atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
b. Endogenous construct atau konstruk endogen
Merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.
3. Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran
Persamaan yang didapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari:
• Structural Equation atau persamaan struktural
Dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Rumus yang dikembangkan adalah:
Variabel endogen = variabel eksogen + variabel endogen + error
4. Memilih matrik input dan estimasi model.
Pada penelitian ini matrik inputnya adalah matrik kovarian atau matrik korelasi. Hal ini dilakukan karena fokus SEM bukan pada data individual, tetapi pola hubungan antar responden. Dalam hal ini ukuran sampel memegang peranan penting untuk mengestimasi kesalahan sampling. Untuk itu ukuran sampling jangan terlalu besar karena akan menjadi sangat sensitif sehiungga akan sulit mendapatkan ukuran goodness of fit yang baik, setelah model dibuat dan input data dipilih, maka dilakukan analisis model kausalitas dengan teknik estimasi yaitu teknik estimasi model yang digunakan adalah Maximum Likehood Estimation Method. Teknik ini dipilih karena ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecil (100-200 responden).
5. Menganalisa kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan mengembangkan lebih banyak konstruk. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indikasi problem identifikasi:
a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
c. Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat (misalnya lebih dari 0,9)
6. Evaluasi kriteria goodness of fit
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indeks kesesuaian dan cut of value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak antara lain:
a. X² - Chi-Square statistik, di mana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Square-nya rendah. Semakin kecilnilai Chi-Square, semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cutoff value sebesar p>0.05 atau p>0.10.
b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation), yang menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.
c. GFI (Goodness of fit Index), adalah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.
d. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), di mana tingkat penerimaan yang direkomendasiakan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90.
e. CMIN/DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-Square, X² dibagi DF-nya, disebut X² relatif. Bila nilai X² reltif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
f. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuahbase line model, di mana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥0.95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
g. CFI (Comparative Fit Index), di mana mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yan paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥0.95
Dengan demikian indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Good of Fit Index untuk Evaluasi Model
       Goodness   
Of   fit index
Keterangan
Cut-off Value
Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengancovariance sampel (apakah model sesuai dengan data).  Bersifat sangat sensitive untuk sampel besar (di atas 200)
Diharapkan Kecil
Probability
Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
³ 0,05
RMSEA
Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar
£ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan Rdalam regresi berganda)
³ 0,90
AGFI
GFI yang disesuaikan terhadap DF
³ 0,90
CMIND/DF
Kesesuaian antara data dan model.
£ 2,00
TLI
Pembandingan antara model yang diuji terhadap base line model
³ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model
³ 0,94
Sumber: Ferdinand, A. (2002)
7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Tahap akhir ini adalah melakukan interpretasi dan modifikasi bagi model-model yang tidak memenuhi syarat-syarat pengujian. Hair et. al. (dalam Ferdinand, 2006) memberikan pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi model dengan melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model tersebut. Batas keamanan untuk jumlah residual adalah 5%. Bila jumlah residual lebih besar dari 2% dari semua residual kovarians yang dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi perlu dipertimbangkan. Bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan model cukup besar (yaitu ≥2.58) maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi itu. Nilai residual value yang lebih besar atau sama dengan ± 2.58 diinterpretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5%.

PROPOSAL PENELITIAN STP AMPTA

Usulan Penelitian

Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kota Tangerang


https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSWjyLV5TukdoRWMWKQb1Ds0P_bb6I4fO7a81yiFSf6IVcRxETk


Diusulkan oleh :
THOMAS EDY RAHARDJO
511100077


JURUSAN HOSPITALITY
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMPTA
YOGYAKARTA

2015




A.    Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sector pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi, dan politik (Spillane, 1994 : 14).
Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran   rakyat, memperluas, memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa
Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanjaannya, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan ( Tourism Final Demand ) pasar barang dan jasa Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku ( Investment Derived Demand ) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain ( Spillane, 1994 : 20 )
Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi social ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen ( 1984 ) dalam Pitana dan Diarta ( 2009:185 ) menjadi delapan kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar.
Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan yang menentukan dan dapat sebagai katalisator untuk meningkatkan pembangunan sektor - sektor lain secara bertahap. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utama (Salah, 2003 : 16)
Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia yang diimplementasikan di dalam Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun 2004 mempunyai konsekuensi pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, yang mana pemerintah daerah memperoleh perimbangan keuangan untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Selanjutnya suatu daerah otonom selain memperoleh bantuan dari pemerintah pusat, juga memperoleh kewenangan untuk menentukan kebijakan pemerintah dan pembangunan secara mandiri. Dalam menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melihat anggaran pembangunan daerahnya dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Anggaran pembangunan daerah merupakan anggaran yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di suatu daerah.
Kepariwisataan di Kota Tangerang berkembang cukup baik, bahkan beberapa kawasan dan Destinasi pariwisatanya telah terkenal hingga ke mancanegara. Adapun destinasi wisata yang sudah terkenal dan yang ramai dikunjungi adalah Masjid Kali Pasir, Kelenteng Petak Sembilan, Bendungan Pintu Air Sepuluh Sungai Cisadane, Museum Benteng, Situ Babakan, Pasar Textil Cipadu, dan Situ Cipondoh. Wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata di Kota Tangerang dikenakan retribusi sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kota Tangerang merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Daya tarik wisata (DTW) yang dimiliki Kota Tangerang cukup banyak dan bervariasi yang terdiri atas destinasi wisata alam, museum, peninggalan purbakala, pusat kesenian, pusat kerajinan.
Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Kota Tangerang dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan - terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan Destinasi-Destinasi kepariwisataan yang baru di Kota Tangerang. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi destinasi wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dijelaskan tersebut maka menjadi focus penelitian adalah : “ Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kota Tangerang ”. Adapun rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap penerimaan retribusi destinasi wisata Kota Tangerang ?
2.      Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang ?
3.      Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang?
4.      Apakah penerimaan retribusi destinasi wisata berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang ?
5.      Apakah penerimaan retribusi destinasi wisata berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang?
6.      Apakah pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang?




C.    Batasan Masalah
Kota Tangerang merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Daya tarik wisata (DTW) yang dimiliki Kota Tangerang cukup banyak dan bervariasi yang terdiri atas destinasi wisata alam, museum, peninggalan purbakala, pusat kesenian, pusat kerajinan.
Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Kota Tangerang dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan - terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan Destinasi-Destinasi kepariwisataan yang baru di Kota Tangerang. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi destinasi wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.
Adapun Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu meliputi seberapa besar pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi destinasi wisata, pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan Kota Tangerang.

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1.      Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi destinasi wisata Kota Tangerang.
2.      Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang.
3.      Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran pembangunan daerah Kota Tangerang.
4.      Mengetahui pengaruh penerimaan retribusi destinasi wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang.
5.      Mengetahui pengaruh penerimaan retribusi destinasi wisata terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang.
6.      Mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang.

E.     Kegunaan Penelitian.
1.      Bagi Objek Penelitian
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kota Tangerang khususnya dalam rangka menggali potensi dan sumber-sumber peningkatan Pendapatan Daerah dalam rangka pembangunan daerah Kota Tangerang.

2.      Bagi STP AMPTA
Secara akademis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama di kalangan mahasiswa – mahasiswi STP AMPTA.
3.      Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi Destinasi wisata, pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan Kota Tangerang.

F.     Kajian Pustaka
1.      Wisata
Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan           bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati Destinasi dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata. Yoeti (1996 : 100) menyebutkan Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati daya tarik wisata. Wisata adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb.
2.      Pariwisata
Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan daya           tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:
a.              semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata,
b.              Pengusahaan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai,
c.              Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.
Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang - orang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh. Sejalan dengan ahli tersebut, (Spillane, 1987:21) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu.
Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg, Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997).
3.      Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah segala sesuatu            yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (undang-undang nomor 10 Tahun 2009), artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak  wisata maupun masyarakat.
Yoeti (1996 : 104) menyatakan kepariwisataan adalah suatu sistem yang mengikutsertakan berbagai pihak dalam keterpaduan kaitan fungsional yang serasi, yang mendorong berlangsungnya dinamika fenomena mobilitas manusia tua-muda, pria wanita, ekonomi kuat-lemah, sebagai pendukung suatu tempat untuk melakukan perjalanan sementara waktu secara sendiri atau berkelompok, menuju tempat lain di dalam negeri atau diluar negeri dengan menggunakan transportasi darat, laut dan udara.
Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:40) menyatakan kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut.
Menurut Undang Undang No. 10 tahun 2009, menyebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (pasal 1 ayat (3) UU No. 10 Tahun 2009). Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (pasal 1 ayat (4) UU No. 10/2009).
4.      Wisatawan.
Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang- Undang Nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:
a.       orang-orang yang sedang megadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan,
b.      orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi,
c.       orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis,
d.      pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan (Pendit, 1994:38).
Spillane (1987:27) membagi katagori wisatawan menjadi wisatawan dan pelancong. Wisatawan ialah pengunjung sementara yang tinggal sekurang- kurangnya 24 jam sedangkan pelancong ialah yang tinggal kurang dari 24 jam.

5.      Pengertian Retribusi
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, disamping dana perimbangan, pinjaman daerah dan penerimaan lain-lain yang sah. Peranan pemerintah dalam sistem perekonomian negara adalah melakukan pemungutan pajak/retribusi. Masalah pajak atau retribusi sulit dihindari, namun setiap orang wajib membayar pajak. Dengan demikian masalah pajak atau retribusi adalah masalah setiap orang dalam suatu masyarakat dan negara. Setiap orang yang hidup dalam suatu negara harus atau pasti berurusan dengan pajak atau retribusi. Oleh sebab itu, setiap orang sebagai anggota masyarakat wajib mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak atau retribusi. Para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian mempunyai arti atau tujuan yang sama.
Menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 tahun 1997 bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Pajak Daerah atau yang disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan    yang    berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Menurut Munawir (1997), Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah tidak akan dikenakan iuran itu. Kemudian diuraikan pula definisi dan pengertian yang berkaitan dengan retribusi yaitu dikutip dari Sproule-Jones and White (1997), mengatakan bahwa retribusi adalah semua bayaran yang dilakukan bagi perorangan dalam menggunakan layanan yang mendatangkan keuntungan langsung dari layanan itu. Lebih lanjut dikatakan bahwa distribusi lebih tepat dianggap pajak konsumsi dari pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya menutupi biaya operasional saja.
Menurut Queen (1998 : 2) menerangkan bahwa: “Suatu tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat memandang retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan daerah dan bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan ditingkatkan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian yang mudah dalam menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian tersulitnya adalah meyakinkan masyarakat (publik) tanpa diluar kesadaran mereka tarif tetap harus diberlakukan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi menurut Haritz (1995 : 84) adalah sebagai berikut:
a.       Pelaksanaan bersifat ekonomis;
b.      Ada imbalan langsung kepada membayar;
c.       Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternatif untuk membayar;
d.      Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak menonjol;
e.       Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki potensi yang baik akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah. Seperti yang ungkapkan oleh Devas, dkk (1989 : 46) bahwa pemerintah daerah sangat tergantung dari pemerintah pusat.       Dalam garis besarnya penerimaan daerah ( termasuk pajak yang diserahkan ) hanya menutup seperlima dari pengeluaran pemerintah daerah.
Pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari segi keuangan agar dapat memiliki tingkat otonom yang berarti, yang penting adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang cukup sehingga dapat mengadakan perubahan di sana-sini.
Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung. Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada penerima retribusi.
Menurut Devas, dkk. (1989 : 61-62), untuk mendukung keuangan daerah, berbagai pajak dan retribusi harus dinilai agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan. Prinsip prinsip atau indikator yang digunakan dalam penilaian pajak dan retribusi daerah adalah :
a.                Hasil (yield) : yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak atau retribusi dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya.
b.                Keadilan (equity) : dasar pajak atau retribusi dan kewajiban membayarnya harus jelas dan tidak sewenang-wenang.
c.                Efisiensi ekonomi : Pajak atau retribusi hendaknya mendorong (atau setidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi.
d.               Kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak atau retribusi haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun administratif.
e.                Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local revenue source) : artinya harus jelas kepada daerah mana suatu pajak atau retribusi harus dibayarkan dan tempat memungut sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak atau retribusi.
Defenisi retribusi daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kebijaksanaan memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah pada masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis.
Teori ekonomi mengatakan, harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya didasarkan pada biaya tambahan (marginal cost), yakni biaya untuk melayani konsumen yang terakhir (Devas, dkk. 1989:95). Menurut Santoso (1995:21-22) terdapat berbagai pendapat pro dan kontra mengenai perlu tidaknya penyediaan suatu barang dan jasa dikenakan retribusi. Mereka yang setuju pengenaan retribusi berpijak pada beberapa pendapat sebagai berikut:
a.                Jika penyediaan suatu barang atau jasa memberikan manfaat pribadi (privat), maka retribusi merupakan solusi untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Namun jika manfaat yang diberikan mengandung unsur barang publik, maka pajak merupakan alternatif pembiayaan yang terbaik. Namun sangat mungkin suatu penyediaan barang atau jasa mengandung kedua unsur manfaat tersebut untuk itu apabila unsur manfaat pribadinya lebih besar daripada public goodsnya, maka proporsi pembiayaan dari pajak lebih tinggi dibandingkan dengan retribusi. Sebaliknya jika unsur private goodsnya lebih besar maka unsur pembiayaan dari retribusi lebih dominan dibandingkan dengan pajak.
b.               Retribusi merupakan media untuk allocative economic efficiency. Retribusi merupakan sinyal harga dari barang atau jasa yang disediakan pemerintah. Tanpa harga, permintaan dan penawaran tidak akan mencapai harga keseimbangan dan akibatnya alokasi sumber daya tidak akan mencapai efisiensi ekonomi.
c.                Prinsip kemanfaatan : mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari penyediaan barang atau jasa tidak harus membayar. Sebaliknya mereka yang tidak membayar dapat dikecualikan dari mengkonsumsi. Terhadap yang tidak setuju dengan pemungutan retribusi berpijak pada argumen sebagi berikut:
1)      Retribusi memerlukan sistem administrasi yang dapat mengecualikan pihak yang tidak membayar untuk tidak ikut menikmati, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya penyediaan barang/jasa tersebut. Namun demikian, pendapat ini dapat disanggah bahwa pengecualian tetap dapat dilaksanakan untuk        beberapa macam penyediaan barang atau jasa, dimana assessment dan enforment lebih mudah dilaksanakan daripada pemajakan.
2)      Mereka yang miskin tidak mampu membayar retribusi untuk barang/dan jasa kebutuhan dasar, sehingga harus dikecualikan dari pasar. Namun demikian, argumen ini dihadapkan pada pendapat yang menyangsikan kemampuan pemerintah (sebagai penyedia jasa) dalam membedakan secara tegas barang atau jasa kebutuhan dasar atau bukan kebutuhan dasar.
3)      Retribusi bukanlah satu-satunya alternatif penyelesaian persoalan alokasi sumber daya. Cara alokasi lainya adalah ration cards, vouchers atau queuing. Namun demikian, cara alternatif ini belum dapat menggantikan sepenuhnya keandalan sistem harga yaitu misalnya pemborosan. Selain itu cara-cara ini lebih mudah untuk disalahgunakan.
Koho (2001:154) mengatakan bahwa retribusi yang diserahkan kepada daerah cukup memadai, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Namun hasil rill yang dapat disumbangkan sektor ini bagi keuangan daerah masih sangat terbatas karena tidak semua jenis retribusi yang dipungut Kabupaten atau Kota memiliki prospek yang cerah. Lebih lanjut Koho memberikan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagai berikut :
a.       Retribusi dipungut daerah
b.      Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat ditunjuk
c.       Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa yang disediakan daerah.
6.      Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber dalam daerah sendiri, yang dipungut berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut menuntut daerah untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah.
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Koswara (2000:50) menyatakan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola, dan menggunakannya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya
Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam system pemerintahan Negara. Menurut Mahi (2000:58 - 59), Pendapatan Asli Daerah masih belum bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan dalam mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal yaitu :
a.       Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah.
b.      Peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.
c.       Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah.
d.      Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.
Ketidakmampuan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan disebabkan karena selama ini pemerintah belum mampu untuk menggali dan mengembangkan sumber - sumber penerimaan yang terdapat di daerahnya. Hal tersebut terlihat banyaknya potensi penerimaan daerah yang belum digali dan dipungut sebagaimana mestinya.
Selama ini daerah dalam pemungutan sumber penerimaan daerah menggunakan sistem “target” yang hendak dicapai dalam pemungutan. Target yang ditetapkan oleh daerah cenderung tidak berdasarkan pada potensi riil yang terdapat di daerah, melainkan berdasarkan pada target tahun lalu ditambah dengan tunggakan tahun tersebut. Pemerintah daerah secara umum masih menghadapi permasalahan dalam pengelolaan penerimaan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia dalam mengelola penerimaan di daerah. Menurut Mardiasmo (2002:146) masalah- masalah tersebut sebagai berikut :
a.                Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak sesuai dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiskal gap.
b.               Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual kepada masyarakat direspon secara negatif, sehingga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah.
c.                Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.
d.               Berkurangnya dana bantuan dari pusat ( DAU dari pusat yang tidak mencukupi )
e.                Belum diketahuinya potensi PAD yang mendekati kondisi riil.
Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
a.       Pajak Daerah
1)      Pajak Hotel
2)      Pajak Restoran
3)      Pajak Hiburan
4)      Pajak Reklame
5)      Pajak Penerangan Jalan
6)      Pajak Pengambilan dan Pengolahan
7)      Pajak Parkir
b.      Retribusi Daerah
1)      Retribusi Jasa Umum
2)      Retribusi Pelayanan Kesehatan
3)      Retribusi Pelayanan Lab. Kesehatan
4)      Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
5)      Retribusi Penggantian Biaya KTP
6)      Retribusi Parkir di tepi Jalan
7)      Retribusi Pelayanan Pasar
8)      Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
9)      Retribusi Jasa Umum Lainnya
c.       Retribusi Jasa Usaha
1)      Retribusi Terminal
2)      Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
d.      Retribusi Perizinan Tertentu
1)      Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
2)      Retribusi Izin Gangguan (HO)
3)      Retribusi Izin Trayek
4)      Retribusi Perizinan Tertentu Lainnya
e.       Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
1)      Bagian Laba    atas Penyertaan Modal Pada Perusahaan Milik Daerah ( BUMD )
a)      Bank Pembangunan Daerah Banten
b)      PDAM
f.       Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
1)      Penerimaan Jasa Giro
2)      Lain – lain Pendapatan.
9.      Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah
Dalam  Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a.       pendapatan asli daerah, yaitu 1) hasil pajak daerah, 2)  hasil retribusi daerah, 3) hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan 4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
b.      dana perimbangan,
c.       pinjaman daerah,
d.      lain-lain pendapatan daerah yang asli.
Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumber - sumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan merupakan sumber murni penerimaan daerah yang selalu diharapkan peningkatannya. Hasil penelitian yang dilakukan Roerkaerts dan Savat (Spillane, 1987:138) menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor pariwisata adalah: (a) menambah pemasukan dan pendapatan, baik untuk pemerintah daerah maupun masyarakatnya.
Penambahan ini bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat, berupa penginapan, restoran, dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan penyediaan cinderamata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan potensi dalam menggali PAD, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan, (b) membuka kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah tersebut, (c) menambah devisa negara, semakin banyaknya wisatawan yang datang, maka makin banyak devisa yang akan diperoleh, (d) merangsang pertumbuhan kebudayaan asli, serta menunjang gerak pembangunan daerah.
10.  Anggaran Pembangunan Daerah
Menurut Bawasir (1994:40) Anggaran secara umum dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk suatu periode di masa yang akan datang. Struktur anggaran      mencerminkan pengelompokan komponen-komponen anggaran berdasarkan suatu kerangka tertentu. Secara sempit pengertian anggaran adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran suatu daerah yang dialokasikan untuk membangun yang diharapkan akan terjadi pada suatu periode yang akan datang, serta data pengeluaran untuk membangun yang sungguh-sungguh terjadi saat ini dan masa yang akan datang.
Anggaran Pembangunan suatu daerah merupakan alokasi dana yang diperlukan      untuk      pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah. Anggaran pembangunan daerah dapat dilihat dari besarnya belanja daerah yang dilakukan.
Sejarah anggaran pembangunan dari tahun 1991 sampai tahun 2010, dapat dijelaskan sebagai berikut. Anggaran Pembangunan Tahun 1990 – 2003 dinamakan pengeluaran pembangunan, Tahun 2004 – 2006 dinamakan anggaran belanja pelayanan publik. Tahun 2006 dengan ditetapkannya Permendagri No. 13 Tahun 2006 maka anggaran pembangunan dinamakan Belanja Langsung.


G.    Kerangka Pemikiran
Kepariwisataan dikembangkan tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi mempunyai tujuan yang luas meliputi aspek sosial-budaya, politik dan hankamnas. Walaupun demikian tujuan ekonomis sangat menonjol, lagi pula aspek non ekonomis pembangunan pariwisata sangat erat terkait dengan tujuan ekonominya.
Secara spesifik pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendorong pembangunan daerah. Sektor pariwisata juga diharapkan sebagai lokomotif (penggerak) dan magnit (pemicu) dalam memperbaiki kondisi ekonomi.
Pemerintah Kota Tangerang sebagai salah satu Kota yang termasuk di dalam provinsi Banten berusaha menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah, salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor pariwisata. Peningkatan pendapatan di sektor pawisata berjalan melalui kunjungan wisatawan ke Destinasi wisata sehingga memberikan sumbangan retribusi Destinasi wisata dan nantinya akan memberikan sumbangan/pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang itu sendiri.
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan memberikan posisi yang lebih baik untuk pengelolaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam rangka pelaksanaan pembangunan, sehingga dari hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan dapat meningkatkan anggaran pembangunan Kota Tangerang
 









H.    Hipotesis Penelitian
1.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi Destinasi wisata Kota Tangerang.
2.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang.
3.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan
terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang.
4.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan retribusi Destinasi wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang.
5.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan retribusi Destinasi wisata terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang.
6.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang terhadap anggaran pembangunan Kota Tangerang.

I.       Metode Penelitian
1.      Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang dengan alasan Pemerintahan Kota Tangerang belum pernah melakukan penelitian tentang Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Anggaran Pembangunan Kota Tangerang.

2.      Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Menurut Sugiyono (2008: 15), populasi didefinisikan sebagai “ Wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Anggaran Pembangunan Kota Tangerang”, maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah data laporan realisasi pendapatan daerah tahunan dan saluran – saluran distribusinya pemerintah Kota Tangerang sejak tahun 2010 - 2014.
3.      Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling, menurut Sugiyono (2008) teknik tersebut merupakan “Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel ”. Jenis sampling yang dipilih adalah Purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sesuai dengan objek penelitiannya, sampel penelitian ini adalah laporan realisasi anggaran pemerintah Kota Tangerang 2010 - 2014.

4.      Jenis Sumber Data
a.       Jenis Data menurut sifatnya
Jenis data menurut sifatnya dalam penelitian ini adalah :
1)      Data Kuantitatif
Adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan satuan hitung (Data ini didapatkan melalui Studi kepustakaan atau library research), yaitu dengan cara mempelajari buku-buku, karangan ilmiah, jurnal serta dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan antara lain : jumlah kunjungan wisatawan, retribusi Destinasi wisata di Kota Tangerang, Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang dan Anggaran Pembangunan Kota Tangerang.
2)      Data Kualitatif
Adalah data yang bukan angka-angka, melainkan keterangan variable-variabel yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi untuk argumentasi dari data.
Data ini didapatkan dari penelitian lapangan atau field research, yaitu dengan cara melakukan penelitian di lapangan dan wawancara langsung dengan para pegawai yang terkait.
b.      Jenis data menurut sumbernya
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan dilakukan menggunakan sumber data sekunder dimana sumber data sekunder merupakan sumber  yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) 20 (duapuluh) tahun. Sumber - sumber data sekunder diperoleh melalui Instansi Pemerintah Daerah Kota Tangerang terutama dari Dinas Pariwisata Daerah Kota Tangerang, Dinas Pendapatan Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah Kota Tangerang, Bagian Keuangan Sekretariat Kota Tangerang dan Badan Pusat Statistik Propinsi Banten
5.      Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel intervening. Ketiga variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
a.       Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan, merupakan variabel exogen.
b.      Variabel Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan variabel endogen.
c.       Variabel Penerimaan retribusi Destinasi Wisata, merupakan variable intervening yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan variabel pendapatan asli daerah serta hubungan variable jumlah kunjungan wisatawan dan variabel anggaran pembangunan daerah.
d.      Variabel Pendapatan Asli Daerah, merupakan variabel intervening kedua yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan variable anggaran pembangunan            daerah serta hubungan variable penerimaan retribusi destinasi wisata dan variabel anggaran pembangunan daerah.
6.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.       Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih secara bertatap muka. Pada penelitian ini dilakukan wawancara langsung dengan pihak instansi Dinas Pariwisata Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah Kota Tangerang, Dinas Pendapatan Kota Tangerang, Bagian Keuangan Setda Kota Tangerang dan Badan Pusat Statistik Propinsi Banten.
b.      Pengamatan adalah observasi langsung yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir,1999).

Dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder sebagai data pendukung untuk sempurnanya penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau dokumen-dokumen dari instansi terkait seperti Dinas Pariwisata Daerah Kota Tangerang, Dinas Pendapatan Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah Kota Tangerang, Bagian Keuangan Sekretariat Kota Tangerang dan Badan Pusat Statistik Propinsi Banten.
7.       Definisi Konseptual
a.       Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang- Undang Nomor 10 tahun 2009).
b.      Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan ( Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah ).
c.       Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber dalam daerah sendiri, yang dipungut berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
d.      Anggaran secara umum dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk suatu periode di masa yang akan datang ( Bawasir 1994:40 ).

8.      Definisi Operasional
a.       Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata merupakan besarnya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke Destinasi wisata yang berada di Kota Tangerang yang dirangkum dalam data dokumen yang dimiliki Pemerintah dari tahun 2010 – 2014.
b.      Penerimaan Retibusi Destinasi Wisata yaitu penerimaan retribusi Destinasi wisata dengan penerimaan total Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu seberapa besar sumbangan retribusi Destinasi wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah seperti retribusi karcis atau tiket masuk tempat rekreasi dan olah raga, retribusi izin mendirikan bangunan seperti izin pendirian hotel kelas melati dan berbintang, restoran, dan tempat hiburan.
c.       Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh dari daerah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang berasal dari pajak dan retribusi sektor pariwisata berupa pajak hotel kelas melati dan berbintang, pajak restoran, dan hiburan, retribusi karcis atau tiket masuk tempat rekreasi dan olah raga, retribusi izin pendirian bangunan hotel kelas melati dan berbintang, restoran, dan tempat hiburan.
d.      Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan persentase jumlah alokasi dana dari sektor pariwisata yang digunakan untuk pembangunan daerah.
9.      Teknik Analisis Data
a.       Analisis Deskriptif
Penerapan statistik deskriptif dalam penelitian ini antara lain perhitungan rata-rata, standar deviasi, tabel-tabel, gambar-gambar dan sebagainya yang dibuat dengan Program SPSS dan Excel.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan Kota Tangerang.
Koefisien jalur pada penelitian ini diperoleh dari hasil perhitungan regresi dengan metode regresi sederhana (Ordinary Least Squer = OLS) dengan menggunakan program SPSS versi 16 terhadap model persamaan. Untuk mendapatkan koefisien jalur, pada bagian ini secara bertahap diselesaikan melalui model persamaan regresi, yaitu sebagai berikut :
1)      Model 1 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1) terhadap retribusi obyek wisata (X2).
2)      Model 2 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1) dan retribusi obyek wisata (X2) terhadap PAD (X3).
3)      Model 3 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1), retribusi obyek wisata (X2) dan PAD (X3) terhadap anggaran pembangunan (Y).
Model-model tersebut dan klasifikasi variabel serta persamaannya secara terperinci disajikan pada tabel 9.1 berikut:
Tabel 9.1 Klasifikasi Variabel dan Persamaan Jalur
Model
Variabel Independen
Variabel
Dependen
Persamaan
1
Jumlah kunjungan
wisatawan (X1)


Retribusi obyek wisata ( X2 )
X2 = b1 X1 +e1

2
• jumlah kunjungan
wisatawan (X1)
•retribusi obyek wisata (X2)
PAD (X3)
X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2
3
• jumlah kunjungan
wisatawan (X1)
• retribusi obyek wisata (X2)
• PAD (X3)
Anggaran pembangunan (Y)
Y = b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3

b.      Analisis Jalur (Path Analysis)
Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif yaitu analisis jalur dengan penerapan model regresi linear dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Model ini dipertimbangkan untuk digunakan dalam suatu penelitian karena hubungan yang dianalisis merupakan hubungan sebab akibat dengan model yang komplek.
Dalam analisis jalur terdapat suatu variable yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen pada suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang. Bentuk hubungan seperti ini membutuhkan alat analisis yang mampu menjelaskan sistem secara simultan.
Kerlinger (2002: 990) menyebutkan bahwa dengan menggunakan analisis jalur akan dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan wisatawan ke Destinasi Wisata terhadap Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pembangunan Daerah Kota Tangerang dapat diilustrasikan ke dalam jalur, dapat dijelaskan bahwa Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1) dapat berpengaruh langsung terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu melalui Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan daerah (Y). Begitu pula Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1) dapat berpengaruh langsung terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu lewat PAD (X3) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan daerah (Y)
Pengaruh langsung Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1) terhadap Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2) ditunjukkan oleh koefisien jalur b1, terhadap Anggaran Pembangunan Daerah ditunjukkan dengan b4. Pengaruh langsung Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2) terhadap Pendapatan Asli Daerah ditunjukan dengan koefisen jalur b4, terhadap Anggaran Pembangunan Daerah (Y) ditunjukkan dengan koefisien jalur b5. Pengaruh langsung Pendapatan Asli Daerah (X3) terhadap Anggaran Pembangunan Daerah (Y) ditunjukan dengan koefisen jalur b6.
Total Pengaruh tidak langsung Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1) terhadap Anggaran Pembangunan Daearah (Y) daerah diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak langsung. Total Pengaruh tidak langsung kontribusi Retribusi Destinasi Wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan daerah (Y) diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak langsung.

Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)


 
 


                                                                              b4
Rounded Rectangle: e2
Pendapatan Asli Daerah(X3)


 
b2                        b6
                    b1                                          
b3   
Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2)


 
                                                                                  b5
Rounded Rectangle: e1
 


Anak panah dari e1 ke variabel Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2) menunjukkan jumlah variance variabel Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2) yang tidak dijelaskan oleh Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1). anak panah dari e2 ke variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) menunjukkan jumlah variance variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) yang tidak dijelaskan oleh Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2)
Nilai kekeliruan taksiran standar (standard error of estimate), yaitu:
ei = (1- r 2 ) .......................................                (4.1)
Sedangkan anak panah dari e3 menuju tingkat anggaran pembangunan daerah (Y) menunjukkan variance tingkat anggaran pembangunan daerah yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Destinasi Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3)
Koefïsien jalur adalah standardized koefïsien regresi. Koefïsien jalur dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada tiga persamaan tersebut adalah:
X2 = b1 X1 + e1
X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2
Y         = b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3
Keterangan :
Y = Anggaran Pembangunan Daerah
X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Destinasi Wisata
X2 = Retribusi Destinasi Wisata
X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
e1, e2, e3 = Variabel pengganggu
b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien dari masing-masing variable
Standardize koefisien pada persamaan (1) akan memberikan nilai p1, standardize koefisien pada persamaan (2) akan memberikan nilai p2 dan p3, sedangkan koefïsien untuk persamaan (3) akan memberikan nilai p4 dan p5 dan p6.
Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan :
Rm = 1 - Pe21 Pe22 ...Pep..................................................                (4.2
Dalam hal ini, interpretasi terhadap Rm sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung dengan rumus :
Pei = 1 - R 2 
Uji validitas koefisien jalur pada setiap jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan analisis jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan analisis regresi, menggunakan nilai p. Value dari uji t, yaitu pengujian koefisien regresi variabel yang dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory triming, maka jalur-jalur yang nonsignifikan dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiris, kecuali untuk model yang didukung oleh konsep dan teori.







DAFTAR PUSTAKA
-------, 2000, Undang-Undang Nomor 34, Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
-------, 2001, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tentang Retribusi Daerah.
-------, 2004, Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Primbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Citra Umbara, Bandung.
-------, 2004, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Citra Umbara, Bandung.
-------, 2006, Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
-------, 2009, Undang-Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan.
Devas, N., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly.1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, (terjemahan oleh Masri Maris), UI- Press. Jakarta.
Harits, Benyamin. 1995. “Peran Administrator Pemerintah Daerah, Efektifitas Penerimaan Retribusi Daerah Pemda Tingkat II Se-Jawa Barat”, Prisma, No. 4, Tahun XXIV, 81 – 95.
Kerlinger, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. BP Undip. Semarang
Koho. 2001. “Prospek Otonomi Daerah di Negara RI”. Cetakan ke 5 PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Koswara, E, 2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999; Suatu Telaahan Menyangkut Kebijaksanaan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya, Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 1,36 –53. Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayaan.
Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997. Ekonomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mahi. 2000. Prospek Desentralisasi di Indonesia ditinjau Dari Segi Pemerataan Antar Daerah dan Peningkatan Efesiensi Analisis CSI 8 Tahun XXIX/2000 Nomor I, 55 – 66.
Mardiasmo dan Makhfatih,Akhmad. 2000. “Perhitungan Potensi Pajak Dan Retribusi Daerah Di Kabupaten Magelang”, Laporan Akhir, Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
McQueen, Jim. 1998. Development of a Model for User Fees, “A Model on Policy Development in Creating and Maintaining User Fees for Municipalities”, MPA   Research          Paper,  Submitted       to: The Local Government Program, Dept. of Political Science, The Univ. Western Ontario, Aug. 1998, 1-23.
Munawir, S. 1997. Perpajakan, Liberty, Edisi Kelima Cetakan Kedua.Yogyakarta.
Nazir. 1999. Metode Penelitian, Cetakan Keempat. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Pendit, S Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuang Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Pendit, S. Nyoman. 1990. Inventarisasi Industri Pariwisata Indonesia, Indonesia dalam Era Globalisasi, Bank Summa. Jakarta.
Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Republik Indonesia, 1999, Undang-Undang Otonomi Daerah, Kuraiko Pratama Bandung.
Spillane, J James. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta.
Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja, PT. Pertja Jakarta.
Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung.
.